PENDAHULUAN
Pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan
adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan selanjutnya
adalah memakmurkan nilai pemegang saham. Salah satu alat yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuannya adalah laporan keuangan. Semakin
relevan dan handal suatu laporan keuangan yang dibuat, maka semakin besar
kecenderungan yang sejalan dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan
modalnya di perusahaan. Dengan begitu, profit telah dicapai dan kemakmuran nilai
pemegang saham juga telah terpenuhi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang
relevan dan handal, laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan standar
akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi diantaranya berisi tentang
aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian suatu pos
dalam laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan
keuangan antar perusahaan memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga
memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan tersebut. Agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap
laporan keuangan, standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh penyusun
laporan keuangan dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca.
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan
adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan
kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk
digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini
dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di
masing-masing negara tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk
menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar
Akuntansi Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International
Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses
rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
PEMBAHASAN
A. Konvergensi IFRS di Indonesia
Baskerville (2010) dalam Utami, et al.
(2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti harmonisasi atau
standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai
suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas
tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat
diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap
IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1
Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan
dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami
dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca
atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua
macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual
strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS
sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh
negara -negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS
dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara
berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi
IFRS di Indonesia, yaitu:
- Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
- Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
- Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
- Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
- Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
- Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
- Smoothing
income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance
sheet approach dan fair value.
- Principle-based
standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit
menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi
dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
- Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
B. Manfaat IFRS di Indonesia
Manfaat IFRS diantaranya adalah :
- Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.
- Meningkatkan arus innvestasi global melalui transparansi.
- Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
- Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
- Meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.
C. Dampak Implementasi IFRS Terhadap Bisnis dan
Auditor
Implementasi IFRS dapat memberikan dampak
positif dan negatif dalam dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini
adalah berbagai dampak dalam penerapan IFRS :
- Akses ke
pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
- Relevansi
laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai
wajar.
- Kinerja
keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
- Smoothing
income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance
sheet approach dan fair value.
- Principle-based
standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit
menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi
dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
- Penggunaan off
balance sheet semakin terbatas.
Fleksibilitas dalam standar IFRS yang
bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan jumlah
skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman
mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan
secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan
ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment. Selain keahlian
teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi
standar (Carmona & Trombetta, 2008).
Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang
luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu
dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki
kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial
Accounting Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan
meningkatnya konflik antara auditor dan klien.
KESIMPULAN
Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung
agar Indonesia memperoleh pengakuan maksimal dari komunitas Internasional
khusunya di mata investor global. Dengan diadopsinya IFRS di Indonesia, maka
proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara akan semakin mudah.
Dapat dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar internasional
akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA